BERITA

Detail Berita

Sosialisasi Asesmen Kompetensi Minimum tingkat SMA oleh Kemendikbud melalui zoom meeting

Minggu, 18 Oktober 2020 21:42 WIB
313 |   -

SMANTIG -- Sosialiasi Kemendikbud resmi mengganti Ujian Nasional (UN) dan akan menerapkan yang namanya Asesmen Nasional pada 2021. Sosialisasi berlangsung melalui zoom meeting yang diikuti oleh guru-guru sekolah menengah atas baik negeri maupun swasta, Kamis(15/10/2020).

Asesmen Nasional (AN) tidak dilakukan berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi kurikulum seperti yang selama ini diterapkan dalam ujian nasional, melainkan melakukan pemetaan terhadap dua kompetensi minimum siswa, sepertyi dalam hal literasi dan numerasi.

Pada dasarnya, Asesmen Nasional (AN) 2021 adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program keseteraan jenjang sekolah dasar dan menengah.

Pertama, Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif, yaitu literasi dan numerasi. Kedua aspek kompetensi minimum ini menjadi syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa depan. Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya general dan mendasar. Kemampuan berpikir tentang, dan dengan, bahasa serta matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal, sosial, maupun profesional.

Literasi tidak hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan, dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan kompetensi numerasi berarti kemampuan menganalisis menggunakan angka.

“Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak mengecilkan pentingnya mata pelajaran karena hal ini justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain. Terutama, untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis, angka atau secara kuantitatif,” jelas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim baru-baru ini.

Kedua, Survei Karakter (SK) ini dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak profil pelajar Pancasila. Survei karakter untuk mengetahui apakah asas-asas Pancasila benar-benar dirasakan oleh peserta didik dan tidak hanya berupa data kognitif, misalnya bagaimana implementasi gotong royong, kebahagiaan anak di sekolah, dan ada tidaknya bullying di sekolah. Hasil survei tersebut selanjutnya akan menjadi suatu panduan bagi sekolah dan Kemendikbud.

Survei karakter tersebut akan dijadikan tolok ukur untuk bisa memberikan umpan balik atau feedback ke sekolah-sekolah agar dapat menciptakan lingkungan sekolah yang membuat peserta didik lebih bahagia dan lebih kuat dalam memahami dan menerapkan asas pancasila.

“Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinnekaan global, mandiri, bergotong-royong, bernalar kritis, dan kreatif,” tutur Mendikbud.

Ketiga, SLB dalam Asesmen Nasional (AN) ini untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.

“Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya,” tegas Mendikbud.

Menurutnya, Kemendikbud juga akan membantu sekolah serta dinas pendidikan dengan menyediakan laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area perbaikan tiap sekolah dan daerah.

“Sangat penting dipahami, terutama oleh guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua bahwa Asesmen Nasional untuk tahun 2021 tidak memerlukan persiapan-persiapan khusus maupun tambahan yang justru akan menjadi beban psikologis tersendiri. Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi Asesmen Nasional,” tandas Mendikbud.


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini